BUKAN SENJA YANG BIASA



Sore itu aku menyaksikan senja diufuk barat, semua tampak terpana dengan cahaya yang membilas mata. Melunturkan nafsu dan keinginan, membius jiwa serta raga. Tiada cacat disetiap sudutnya.

Aku menyaksikan seorang diri, beberapa dengan keluarga, dan tak sedikit dengan kekasihnya. Tapi dengan begitu aku menyaksikan dengan jujur tanpa kepalsuan yang dipendam. Cara mereka pun beragam, berpelukan, tertawa riang, dan bergandeng tangan. Tapi aku hanya terdiam, melihat sesosok lelaki paruh baya dengan lentera kecil ditanggannya, berjalan, menjauhi kerumunan dengan senyum kecil menuju sisi lain kehidupan. 

Aku ikuti dengan rasa hati penuh penasaran, langkah kakinya lunglai, senyum yang sedari tadi ditebar mendadak hilang, hanya lesu yang tampak dari kejauhan. Cahaya keemasan yang sedari tadi mengiringi pun mulai pupus, hanya menyisakan sebuah cahaya dari lentera kecil ditanggan. Aku serasa tidak diduniaku saat ini.

Perjalanan terasa panjang, hingga aku dikejutkan dengan panggilan hangat perempuan kepada sosok pembawa lentera, diiringi dengan pelukan. Tak lama kemudian dua bayangan kecil pun datang dan merebut lentera ditangannya dan lekas menggantungnya didepan rumah. Kemudian mereka hilang dalam sebuah gubuk kecil.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kefanaan

RINDU